Mengenal Sang Pencipta Indonesia Raya, Wage Rudolf Supratman Djoemeno Senen Sastrosoehardjo
Wage Rudolf Soepratman atau lebih dikenal dengan W.R. Soepratman lahir pada hari Senin Wage, 19 Maret 1903 di Jatinegara, Jakarta. Pada tahun 1914 ia dibesarkan oleh saudara iparnya, W.M. Van Eldik (Sastromihardjo) di Mataram. Di sana ia belajar bermain gitar dan memainkan biola. Pada 1919 W.R. Soepratman adalah seorang guru dan mendirikan Jazz, Black and White Band di Makassar di bawah bimbingan W. Van Eldik hingga 1924. Dia kemudian melakukan perjalanan ke Surabaya dan Bandung untuk menjadi reporter untuk surat kabar "Kaoem Moeda".
Sebagai seorang reporter untuk "Sin Po" WR Soepratman rajin menghadiri pertemuan Gerakan Nasional di Gedung Pertemuan Geng Kenari Jakarta dan mulai menulis Indonesia pada tahun 1928. Awalnya WR Soepratman menggubah lagu "Indonesia Raya" berjudul "Indonesia, Indonesia, Merdeka, Merdeka" sampai ia diadili oleh Polisi India Belanda.
Kongres Pemuda Indonesia Kedua di Jakarta pada 27-28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda, mengakui lagu kebangsaan Indonesia sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Di kongres lagu Britania Raya dinyanyikan oleh iringan biola W.R. Soepratman. Tetapi lagu itu terus dilarang dinyanyikan sampai tentara Jepang diizinkan pada tahun 1944.
Dari 1930-1937 ia pindah sampai 1937 ketika saudaranya membawanya ke Surabaya dalam kondisi sakit. 7 Agustus 1938 ketika dia memimpin pemindai KBI yang menyiarkan lagu, Rising Sun "di NIROM" Jalan Embong Malang Surabaya yang ditangkap dan ditahan di penjara Kalisosok.
17 Agustus 1938 (Upah Rabu) W. Soepratman meninggal di Jalan Mangga 21 Surabaya tanpa istri dan anak-anak karena dia belum menikah dan dimakamkan di pemakaman umum di Jalan Kenjeran Surabaya dengan cara Islam.
Pesan Terakhir W.R.Soepratman "Ini adalah nasib orang seperti yang dikonfirmasi oleh pemerintah Belanda. Biarkan dia mati dengan tulus. Hanya untuk melakukan amal, melawan carakoe, dengan bolakoe, pastikan Indonesia akan bebas"
Inilah lagu-lagu yang dibuat:
• Lagu Kebangsaan Indonesia Raya (1928),
• Indonesia Iboekoe (1928),
• Bendera kita Merah Poetih (1928),
• Bangunlah Hai Kawan (1929),
• Raden Adjeng Kartini (1929),
• Mars KBI (Kepandoean Indonesia) (1930),
• Di Timur Matahari (1931),
• Mars PARINDRA (1937),
• Mars Surya Wirawan (1937),
• Matahari Terbit Agustus (1938),
• Selamat Tinggal (Belum selesai) 1938.
Buku Sastra Ciptaan W.R.Soepratman :
• Perawan Desa (1929),
• Dara Moeda, Kaoem Panatik (1930)
• Buku Perawan Desa disita oleh Polisi Hindia Belanda dan dilarang beredar.
Makam W. W. Soepratman terletak di Jalan Kenjeran, Desa Rangkah, Kabupaten Tambaksari, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Memiliki pagar di sekitar pintu masuk timur. Ini adalah makam persegi panjang dengan P: 280cm dan T: 40cm. Bagian atas tubuh diberi motif biola. Sementara itu, nisan hanya ada di kepala dengan bentuk seperti biola P: 51cm, Tbl: 21cm. Makam ini merupakan pemindahan dari makam W.R. Soepratman berada di pemakaman umum Rangkah, yang terletak di depan lokasi pemakaman saat ini. Makam dibuka oleh Presiden Megawati pada tahun 2003.
Sebagai seorang reporter untuk "Sin Po" WR Soepratman rajin menghadiri pertemuan Gerakan Nasional di Gedung Pertemuan Geng Kenari Jakarta dan mulai menulis Indonesia pada tahun 1928. Awalnya WR Soepratman menggubah lagu "Indonesia Raya" berjudul "Indonesia, Indonesia, Merdeka, Merdeka" sampai ia diadili oleh Polisi India Belanda.
Kongres Pemuda Indonesia Kedua di Jakarta pada 27-28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda, mengakui lagu kebangsaan Indonesia sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Di kongres lagu Britania Raya dinyanyikan oleh iringan biola W.R. Soepratman. Tetapi lagu itu terus dilarang dinyanyikan sampai tentara Jepang diizinkan pada tahun 1944.
Dari 1930-1937 ia pindah sampai 1937 ketika saudaranya membawanya ke Surabaya dalam kondisi sakit. 7 Agustus 1938 ketika dia memimpin pemindai KBI yang menyiarkan lagu, Rising Sun "di NIROM" Jalan Embong Malang Surabaya yang ditangkap dan ditahan di penjara Kalisosok.
17 Agustus 1938 (Upah Rabu) W. Soepratman meninggal di Jalan Mangga 21 Surabaya tanpa istri dan anak-anak karena dia belum menikah dan dimakamkan di pemakaman umum di Jalan Kenjeran Surabaya dengan cara Islam.
Pesan Terakhir W.R.Soepratman "Ini adalah nasib orang seperti yang dikonfirmasi oleh pemerintah Belanda. Biarkan dia mati dengan tulus. Hanya untuk melakukan amal, melawan carakoe, dengan bolakoe, pastikan Indonesia akan bebas"
Inilah lagu-lagu yang dibuat:
• Lagu Kebangsaan Indonesia Raya (1928),
• Indonesia Iboekoe (1928),
• Bendera kita Merah Poetih (1928),
• Bangunlah Hai Kawan (1929),
• Raden Adjeng Kartini (1929),
• Mars KBI (Kepandoean Indonesia) (1930),
• Di Timur Matahari (1931),
• Mars PARINDRA (1937),
• Mars Surya Wirawan (1937),
• Matahari Terbit Agustus (1938),
• Selamat Tinggal (Belum selesai) 1938.
Buku Sastra Ciptaan W.R.Soepratman :
• Perawan Desa (1929),
• Dara Moeda, Kaoem Panatik (1930)
• Buku Perawan Desa disita oleh Polisi Hindia Belanda dan dilarang beredar.
Makam W. W. Soepratman terletak di Jalan Kenjeran, Desa Rangkah, Kabupaten Tambaksari, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Memiliki pagar di sekitar pintu masuk timur. Ini adalah makam persegi panjang dengan P: 280cm dan T: 40cm. Bagian atas tubuh diberi motif biola. Sementara itu, nisan hanya ada di kepala dengan bentuk seperti biola P: 51cm, Tbl: 21cm. Makam ini merupakan pemindahan dari makam W.R. Soepratman berada di pemakaman umum Rangkah, yang terletak di depan lokasi pemakaman saat ini. Makam dibuka oleh Presiden Megawati pada tahun 2003.
Comments
Post a Comment